Masyarakat Maori di Selandia Baru – Orang Maori merupakan para penghuni pertama di daratan Selandia Baru. Jauh sebelum Bangsa Eropa datang ke daerah tersebut, orang Maori sudah menetap dan hidup selama bertahun-tahun hingga saat ini. Mereka semua diperkirakan datang ke Selandia Baru pada abad ke-13 dari Polinesia. Bangsa Eropa yang saat itu masuk ke Selandia Baru pada abad ke-17. Sejak itu, kehidupan orang Maori berubah, mulai dari pakaian hingga cara bercakap-cakap sehari-hari.

Meskipun begitu, hingga saat ini, orang Maori masih menyimpan kuat tradisi leluhur mereka. Beberapa tradisi yang menonjol adalah tari Haka atau sejenis tarian perang, keterampilan menganyam tanaman menjadi baju hingga perkakas rumah tangga, arsitektur rumah Maori yang penuh simbol, hingga ukiran kayu yang merepresentasikan para leluhur. Dari bermacam-macam tradisi Maori, ada banyak kemiripan dengan ritual dan tradisi beberapa suku di Indonesia. Katakan saja rajah tubuh penuh simbol seperti Suku Mentawai di Sumatera Barat hingga ritual bakar batu seperti Suku Dani di Papua. https://www.queenaantwerp.com/

Masyarakat Maori di Selandia Baru

Pertunjukan kebudayaan suku Māori, yang terdiri dari nyanyian, tari-tarian dan tarian haka (tarian perang kuno) tradisional merupakan cara yang menarik untuk mengecap kebudayaan kami secara langsung. Di Rotorua, dan tentu saja di seluruh Selandia Baru, tur terjadwal akan memberi Anda penyambutan tradisional suku Māori memasuki marae (tempat pertemuan), tempat Anda dapat menikmati pertunjukan kebudayaan diikuti menyantap hāngi yang dimasak di oven tanah liat. https://www.queenaantwerp.com/

Bentuk kesenian visual Māori seperti memahat, memintal dan membuat tato juga tetap lestari di Selandia Baru. Perhiasan yang berharga dan senjata tradisional dapat ditemukan di berbagai museum dan pusat kebudayaan di kedua pulau. Museum-museum itu menyediakan pintu masuk ke sejarah Selandia Baru, dan jika melihat demonstrasi memahat atau memintal, Anda akan mengerti bahwa sebagian besar dari teknik yang digunakan tetap tidak berubah hingga sekarang. Bandingkanlah dengan contoh-contoh kontemporer kesenian, mode, film, dan televisi kontemporer suku Māori, dan Anda akan melihat bahwa ekspresi kreatif Māori senantiasa bertumbuh dan berkembang.

Untuk menyaksikan lebih dekat tradisi Maori, Anda bisa mengunjungi Rotorua. Kota tersebut terletak di Pulau Utara dari Selandia Baru. Selandia Baru sendiri terdiri dari dua pulau utama yaitu Pulau Utara dan Pulau Selatan. Rotorua bisa diakses melalui Bandara Auckland. Dari bandara tersebut lama perjalanan darat sekitar 4 jam. Ada tiga desa yang bisa dikunjungi, yaitu:

1. Te Puia

Te Puia ini merupakan pilihan tepat untuk memulai perjalanan Anda mengenal bangsa Maori. Baiknya gunakan pemandu wisata agar Anda lebih mengenal lebih dalam mengenai tradisi dan kebiasaan orang Maori. Ambil paket makan siang sehingga Anda bisa menikmati makanan tradisional Maori yaitu Hangi. Hangi merupakan cara memasak dengan mengubur makanan yang ditempatkan di atas batu. Di bawah batu merupakan sumber panas, seperti kayu bakar. Jadi semacam oven atau pengukus bawah tanah.

Proses pembuatan hidangan Hangi adalah dengan meletakkan keranjang kawat yang berisi makanan pada batu panas di dasar lubang. Makanan tersebut ditutupi dengan kain basah dan gundukan tanah agar panas dapat menjalar dengan cepat dari batu ke makanan. Makanan Hangi dibiarkan di lubang selama tiga hingga empat jam, tergantung jumlah makanan yang dimasak.

Hidangan tradisional Hangi biasanya menggunakan ikan, ayam, dan tanaman umbi sebagai bahan utama, namun kini dapat ditambah dengan aneka daging, kentang, labu, kol, dan berbagai macam bahan isian lainnya. Hasil dari proses masak yang panjang ini adalah daging yang empuk dan sayuran yang lezat, di mana semuanya beraromakan asap.

Uniknya di Te Puia, hangi menggunakan sumber panas bumi. Tak perlu heran, karena lokasinya berada di kawasan geotermal yang dipenuhi geiser. Rotorua sendiri semacam kota geotermal yang dipenuhi geiser. Pengalaman semakin lengkap karena Anda akan dijelaskan cara membuat anyaman tradisional Maori hingga melihat langsung sekolah ukiran kayu. Serta masuk ke rumah berarsitektur Maori. Terakhir, Anda diajak ke kawasan yang dipenuhi geiser untuk melihat geister yang tengah erupsi dan kolam lumpur. Jangan lupa juga lihat burung kiwi, burung langka asli Selandia Baru.

2. Tamaki Village

Desa ini semacam taman budaya Maori. Paket yang bisa diambil adalah kegiatan malam hari. Pengalaman untuk  mengenal Maori begitu lengkap, bahkan saat di dalam bus menuju Tamaki Village. Biasanya tamu akan dijemput dari hotel dengan bus. Di Tamaki Village, wisatawan disambut upacara selamat datang yang begitu magis. Lalu dengan cara berkelompok masuk ke kawasan yang dibuat mirip seperti desa Maori zaman dahulu, saat leluhur Maori tiba di Selandia Baru. Pengunjung akan dijelaskan asal usul Maori yang datang ke Selandia Baru menggunakan kano panjang. Lalu mencoba langsung permainan khas Maori. Para lelaki kemudian diajarkan cara menarikan tari Haka. Berikutnya ada area yang menjelaskan makna rajah bagi Maori. Tur berlanjut dengan melihat proses memasak Hangi. Wisatawan lalu masuk ke gedung pertunjukan untuk menyaksikan lagu dan tarian khas Maori. Tur ditutup dengan makan bersama secara prasmanan. Hidangan yang disajikan adalah makanan tradisional yang dimasak secara Hangi.

3. Whakarewarewa Village

Whakarewarewa Village ini merupakan destinasi wajib jika Anda ingin benar-benar mengenal bangsa Maori. Dikarenakan, berbeda dengan di Te Puia dan Tamaki, orang Maori memang tinggal di desa ini.

Terletak pada area geothermal yang terbentuk karena aktivitas vulkanik yang terjadi di bawah tanah selama ribuan tahun lamanya, Desa Whakarewarewa dulunya juga merupakan tempat dibangunnya benteng Maori pertama di Selandia Baru, Te Puia sekitar tahun 1325.

Masyarakat Maori di Selandia Baru

Benteng ini dikenal mustahil untuk ditembus musuh. Sebagai informasi, zaman dahulu Suku Maori sempat terlibat perang saudara yang cukup panjang sebelum akhirnya berperang dengan orang Eropa. Nah, sekarang desa itu sudah menjadi destinasi wisata terkenal di kalangan wisatawan dalam maupun luar negeri. Wisatawan yang datang bisa melihat langsung kehidupan sehari-hari masyarakat Suku Maori yang masih sangat mempertahankan nilai dan tradisi leluhurnya, di tengah zaman modern ini.

Sebagian besar rumah di desa ini masih ditempati orang Maori. Aula besar masih digunakan untuk upacara seperti upacara kematian atau sekadar berkumpul bersama. Ada sekolah khusus untuk anak-anak Maori. Ketika melintas, Anda bisa mendengar anak-anak bernyanyi lagu dalam Bahasa Maori. Desa inilah asal mula pariwisata Selandia Baru. Para pemandu wisata di desa ini secara turun temurun berasal dari keluarga pemandu wisata sejak abad ke-19. Ada beragam toko di sini mulai dari toko rajah tubuh, toko suvenir, hingga kedai yang menjual makanan Hangi. Anda juga bisa melihat cara memasak hangi dengan menggunakan sumber panas bumi. Juga pemandian umum yang menggunakan air panas bumi. Ya, hal ini karena desa tersebut sebenarnya berada di area geotermal. Di beberapa titik, tanahnya begitu panas, Anda tidak bisa berjalan-jalan tanpa menggunakan alas kaki.